Super Junior - Donghae

Selasa, 11 Juni 2013

LAPORAN SPH 1 IKAN NILEM DAN LELE



ANATOMI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti)
DAN IKAN LELE (Clarias batrachus)






 






Andriani Diah Irianti
B1J012011 
Asisten : Marlina







LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN 1




                       
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2013

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian  besar wilayah dunia terdiri dari air. Sehingga banyak berbagai jenis hewan air, salah satunya ikan. Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang, sirip dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak bergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arus angin. Ikan bernafas menggunakan insang yang berada di bagian kanan dan kiri dari kepalanya, tetapi ada beberapa jenis ikan yang bernapas dengan paru- paru. Ekosistem ikan ada 2 macam, yaitu perairan tawar dan perairan laut. Ikan yang hidup di perairan laut lebih banyak mengeluarkan urin.
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemik Indonesia yang hidup di sungai-sungai, danau dan rawa-rawa, tersebar merata di pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Namun sejalan dengan perkembangan ikan tersebut kemudian dibudidayakan di kolam-kolam untuk tujuan komersial.  Habitat asli dari Ikan Nilem yaitu di daerah beriklim sedang, dengan suhu berkisar 18-28 ºC dan pH antara 6.0-7.0 dengan kandungan oksigen terlarut yang cukup tinggi.  Ikan Nilem juga banyak dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat dikonsumsi oleh manusia karena mengandung gizi serta protein yang tinggi. Selain memiliki nilai ekonomis, Ikan Nilem juga berperan dalam biocleaning agent karena sifatnya yang suka memakan detritus dan perifeton sehingga ikan ini digunakan untuk membersikan keramba jaring apung (Cholik et al, 2005)
Ikan Lele (Clarias batrachus) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Ikan Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau asin. Habitatnya di sungai dengan arus air perlahan, rawa, telaga, waduk dan sawah yang tergenang air. Ikan Lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, Ikan Lele berdiam diri dan berlindung di tempat–tempat gelap. Di alam Ikan Lele memijah pada musim hujan.
Praktikum kali ini menggunakan Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) dan Ikan Lele (Clarias batrachus) sebagai preparat, untuk mewakili spesies dari kelas pisces. Kedua ikan tersebut dipilih  karena mempunyai organ-organ penyusun yang lengkap dan jelas, sehingga mempermudah praktikan melakukan pengamatan, baik organ dalam maupun organ luar.

B.Tujuan
            Tujuan dari praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan 1 kali ini adalah untuk mengetahui Morfologi dan Anatomi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) dan Ikan Lele (Clarias batrachus).


II. MATERI  DAN METODE
A.    Alat
Alat- alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, gunting bedah.
Bahan yang digunakan adalah Ikan Nilem (Osteochilus hasselti), Ikan Lele (Clarias batrachus), air kran, kloroform, tissue


B.     Metode

Metode yang digunakan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Ikan dimatikan  dengan gunting.
2.      Ikan digunting dimulai dari porus urogenitalis, sepanjang garis medioventral tubuh ke arah depan sirip dada (dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak mengenai organ-organ yang ada di dalamnya).
3.      Bagian belahan daging sebelah atas dibuka dengan menggunakan pinset.
4.      Pengguntingan dilanjutkan ke arah tubuh bagian dorsal, yang dilanjutkan ke arah anterior sampai ke tutup insang dan dilanjutkan pada bagian dorsal dan ventral sampai moncong. Pengguntingan pada bagian ini harus diperhatikan, karena pada bagian ventral dari insang terdapat jantung, sehingga pengguntingan harus dilakukan dengan hati-hati.
5.      Saluran pencernaan yang diamati dengan cara menarik bagian usus, sedikit demi sedikit sampai keluar dari tubuh dan jangan sampai putus.



B.     Pembahasan
A.    Ikan Nilem
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti), menurut Nelson (1994) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum            : Chordata
Subphylum      : Vertebrata
Super Class     : Taleostomi
Class               : Actinopterygii
Subclass          : Nepterygii
Divison            : Teleostei
Subdivision      : Euteleostei
Superorder      : Ostariophysi
Ordo                : Cypriniformes
Familia            : Cyprinidae
Genus              : Osteochilus
Spesies            : Osteochilus hasselti
Hasil pengamatan anatomi praktikum ini didapatkan morfologi luar Ikan Nilem dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu caput, truncus dan cauda. Caput terbentang mulai dari ujung moncong sampai dengan akhir operculum. Truncus membentang dari akhir operculum sampai dengan anus. Cauda terbentang dari belakang  anus sampai dengan ujung sirip ikan. Caput Ikan Nilem meliputi cavum oris (mulut) terdapat pada ujung moncong terdapat gigi pada rahangnya, organon visus (mata) terletak sebelah lateral tanpa kelopak mata dan operkulum. Bagian truncus dari Ikan Nilem terdiri dari berbagai jenis sirip. Sirip-sirip tersebut berfungsi membantu pergerakan Ikan Nilem di dalam air. Sirip-sirip tersebut terdiri dari sirip punggung (pinna dorsalis), sepasang sirip dada (pinna pectoralis), dan sirip perut (pinna abdominalis). Selain sirip pada bagian truncus juga terdapat porus urogenitalis , yaitu lubang tempat alat reproduksi dan tempat pengeluaran hasil ekskresi. Cauda Ikan Nilem terdapat sirip ekor tunggal (pinna analis). Diseluruh bagian tubuh Ikan Nilem juga terdapat sisik dengan bentuk pipih dan bulat sehingga disebut cycloid (Jasin, 1989).
 Sistem pencernaan pada Ikan Nilem dimulai dari mulut, pharynx, oesophagus, ventriculus dan intestinum yang bermuara di kloaka. Cavum oris (rongga mulut) relatife kecil, pada rahangnya tidak bergigi. Di dalam dinding kanan kiri pharynx terdapat sel-sel insang. Oesophagus berbentuk seperti pita pendek, sedangkan bentuk ventriculus melengkung seperti huruf U. Sistem pencernaan Ikan Nilem juga terdiri dari intestine (usus) yang berupa saluran yang berliku-liku dan bermuara pada anus (Radiopoetro, 1977).
Menurut Hildebrand (1995) Ikan Nilem memiliki organ-organ pencernaan berupa intestine, hepar dan vesica felea yang terdapat di sebelah dalam intestine. Organ-organ tersebut akan tampak terlihat jelas setelah direntangkan. Ductus Choleodocus merupakan saluran pada empedu yang menghubungkan kantong empedu dengan usus melalui saluran empedu pendek.
Alat respirasi yang terdapat pada Ikan Nilem adalah insang yang terdiri dari empat ruang yang setiap ruangnya terdiri dari dua filament insang tipis. Selain insang juga terdapat operculum yang berfungsi untuk melindungi insang agar saat melakukan respirasi udara yang masuk tidak bercampur dengan masuknya air yang mengikat oksigen ke rongga mulut. Setelah itu, air melewati insang. Pada insang terjadi penyaringan oksigen dan disini terjadi pertukaran gas karbondioksida, di dalam darah yang dikeluarkan melalui insang dan suplai oksigen masuk melalui arus air ketika insang terbuka. Oksigen  yang telah disaring kemudian diedarkan melalui kapiler-kapiler darah yang terdapat pada insang (Storer, 1961).
Menurut Sugeng (1983) susunan bagian dalam ikan yang dimiliki oleh Ikan Nilem antara lain gelembung renang, berupa kantung yang menggelembung berwarna agak keputih-putihan, berperan sebagai alat keseimbangan agar ikan dapat naik turun di dalam air. Ikan menjadi mudah mengapung karena memiliki gelembung renang. Gelembung ini berisi oksigen, hidrogen, dan karbondioksida.
 Sirip adalah suatu perluasan integument (pembungkus tubuh) yang tipis yang disokong oleh jari-jari sirip. Fungsi sirip adalah untuk mempertahankan kesetimbangan dalam air dan berenang. Sirip ikan nilem terdiri atas sepasang sirip dada (pinna pectoralis), sepasang sirip perut (pinna abdominalis), sirip dubur (pinna analis), sirip punggung (pinna dorsalis) dan sirip ekor (pinna caudalis) yang tunggal. Hal itu sesuai dengan pernyataan Storer dan Usinger (1957) bahwa struktur morfologi ikan adalah kepala, badan dan ekor. Kepala merupakan yang paling jelas bentuknya. Badan ikan nilem berbentuk gelendong di dekatnya ada sirip dada dan lonjong ke belakang. Bagian ekornya adalah heterocereal dengan vertebrae sepanjang lobi bagian dorsal.
Sistem urinaria atau eksresi pada Ikan Nilem adalah ren yang terjadi dari mesonephros, ureter yang terjadi dari ductus mesonephridicus, vesica urinaria, dan sinus urogenitalis. Sepasang ren yang memanjang sepanjang dinding dorsal abdomen, kanan dan kiri dari linea mediana. Ureter ialah saluran yang keluar dari ren. Selanjutnya, ureter membesar dan membentuk vesica urinaria. Ureter bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Sinus  urogenitalis bermuara keluar melalui porus urogenitalis yang terdapat caudal dari anus, cranial dari  pangkal pinna analis (Noris dan Rhicard, 1987).
Organ reproduksi pada Ikan Nilem tersusun dari gonad dengan saluran kelenjar asesorisnya. Ada dua macam gonad yang menyusunnya yaitu gonad yang menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoa) disebut testis. Ikan Nilem jantan mempunyai sepasang testis berukuran panjang dan terletak dibagian ventral dari ginjal. Ujung cauda mulai dari dari vas defferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Ikan Nilem betina mempunyai sepasang ovarium panjang dan secara simetris terletak pada sisi kanan dan kiri tubuh. Di sebelah dalam ovarium terdapat sarang-sarang telur yang berisi sel gamet primordial (oogonia / oosit). Ovarium ini mempunyai rongga yang ke cauda melanjutkan ke oviduct, yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Fertilisasi dilakukan di dalam air. Telur-telur yang dilekatkan pada tumbuhan yang ada air. Ikan Nilem jantan dan Ikan Nilem betina dapat dibedakan setelah masak kelamin. Permukaan luar operkulum Ikan Nilem betina lebih halus sedangkan Ikan Nilem jantan kasar. Ikan Nilem jantan apabila diurut perutnya dari abdomen ke papilla genital maka akan keluar cairan seperti santan (milk) sedangkan Ikan Nilem betina tidak. Perut Ikan Nilem jantan langsing sedangkan pada betina buncit dan lunak (Rodiopoetro, 1977).
B.     Ikan Lele
Ikan Lele ( Clarias batrachus), menurut Djuhanda (1984) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum            : Chordata
Subphylum      : Vertebrata
Class                : Pisces
Subclass          : Teleostei
Ordo                : Ostariophysi
Subordo          : Siluroidae
Famili              : Clariidae
Genus              : Clarias
Spesies            : Clarias batrachus
             Menurut Sarwono (2007), ikan lele (Clarias batrachus) adalah  vertebrata yang termasuk kelas pisces karena habitatnya di air yaitu hidup di air tawar dan merupakan famili dari clariidae. Tubuh ikan lele terdiri 3 bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus) dan ekor (cauda). Dimana bagian kepala dimulai dari ujung moncong sampai dengan batas tutup insang, badan dimulai dari belakang tutup insang sampai dengan anus dan ekor dimulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor.
Hasil pengamatan dalam praktikum anatomi Ikan Lele didapatkan bahwa pada bagian kepala memiliki bagian-bagian yaitu organon visus (mata), cavum oris (mulut), lekuk hidung dan lima buah kumis atau barbels yang berfungsi sebagai indera peraba pada saat terdapat ransangan dan pada saat mencari makanan. Kepala ikan lele berbentuk pipih, simetris dan dari kepala sampai punggung berwarna coklat kehitaman, mulut lebar dan tidak bergigi, bagian badan bulat dan memipih ke arah ekor dan memilik patil. Kepala ikan lele terdapat insang sebagai alat pernafasan tetapi berbeda dengan ikn nilem, ikan lele memiliki alat pernafasan tambahan yaitu organ arborescent yang berupa kulit tipis menyerupai spons. Dengan adanya alat pernafasan tambahan ini ikan lele dapat hidup pada air dengan kondisi kadar oksigen rendah.
            Tubuh Ikan Lele tidak memiliki sisik, tetapi memiliki kulit berlendir dan  pigmen hitam yang dapat berubah menjadi pucat apabila terkena cahaya matahari, tampak pula alat keseimbangan yang berupa gurat sisi (linea lateralis) dibagian tengah sisi truncusnya. Ikan Lele mempunyai sirip punggung dan sirip dubur yang memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, mempunyai senjata berupa patil atau taji untuk melindungi dirinya dari serangan atau ancaman dari luar yang membahayakan, panjang maksimum mencapai 400 mm. Ikan lele mempunyai sirip punggung (pinna dorsalis), sirip dubur (pinna analis) dan sirip ekor (pinna caudalis) yang disebut ekor tidak berpasangan. Sirip dada (pinna pectoralis) dan sirip perut (pinna abdominalis) disebut sirip berpasangan. Ikan Lele tidak mempunyai gelembung renang (vesica metatoria) yang merupakan alat keseimbangan naik turun dalam air, hal ini dikarenakan ikan lele lebih sering berada didasar perairan (lumpur) (Jasin, 1989).
            Pencernaan merupakan proses yang berlangsung terus-menerus. Bermula setelah pengambilan makanan dan berakhir dengan pembuangan sisa makanan. Sistem pencernan pada Ikan Lele (Clarias batrachus) dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, oesophagus, lambung, pylorus, usus, rectum dan anus. Struktur anatomi mulut Ikan Lele erat kaitannya dengan caranya mendapatkan makanan. Sungut terdapat disekitar mulut lele yang berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan dan ini terdapat pada ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal). Rongga mulut pada ikan lele diselaputi oleh sel-sel penghasil lendir yang mempermudah jalannya makanan ke segmen berikutnya. Rongga mulut ikan lele juga terdapat organ pengecap yang berfungsi untuk menyeleksi makanan. Faring pada ikan berfungsi untuk menyaring makanan yang masuk, karena insang mengarah pada faring maka material bukan makanan akan dibuang melalui celah insang (Djuhanda, 1984).
            Sistem respirasi pada Ikan Lele tersusun atas ingsang yang berada pada sisi kiri dan kanan kepala. Menurut Angka, S.L (1990), ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut Aborescent organ yang merupakan menbran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat ini terletak di dalam ruangan sebelah atas insang. Dalam sejarah hidupnya lele harus mengambil oksigen dari udara langsung, untuk itu ia akan menyembul kepermukaan air. Oleh karena itu jika pada kolam terdapat banyak eceng gondok ikan ini tidak berdaya.
            Sistem reproduksi pada Ikan Lele jantan dan Ikan Lele betina jelas berbeda. Pada Ikan Lele jantan terdapat sepasang testis dan bagian luar tampak klasper yang bentuknya meruncing berwarna merah dan merupakan alat kelamin yang berfungsi untuk menyalurkan sperma keluar tubuh. Ikan lele betina pada bagian tubuhnya terdapat ovarium yang berisi butiran-butiran telur yang akan dikeluarkan pada saat waktunya untuk bereproduksi. Ikan Lele melakukan fertilisasi eksternal, jadi ikan jantan membuahi telur diluar tubuh induk. Perbedaan Ikan Lele jantan dan Ikan Lele betina yaitu pada Ikan Lele jantan terdapat alat kelamin yang terletak di dekat anusnya, berwarna cerah dan meruncing (klasper), sedangkan alat kelamin Ikan Lele betina tampak membulat (Kriswantoro, 1986).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) terdiri dari kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda).
2.      Sistem pencernaan pada Ikan Nilem terdiri atas mulut, pharynx, oesophagus, ventriculus dan intestinum yang bermuara di kloaka. Sistem pencernaan Ikan Nilem terdiri dari usus (intestin) yang berupa saluran yang berliku-liku dan bermuara pada anus.
3.      Insang berperan penting dalam respirasi Ikan Nilem. Insang terdiri dari lengkung insang, tapis insang, arteri epibranchialis, arteri branchialis, filament insang serta septum branchialis
4.      Sirip pada Ikan Nilem terdapat 5 macam yaitu sirip perut, sirip dubur, sirip punggung, sirip ekor dan sirip dada.
5.      Sstem ekskresi Ikan Nilem terdiri dari ren, ureter, vesica urinaria, dan sinus urogenitalis.
6.      Arborescent merupakan alat pernapasan tambahan yang terdapat pada Ikan Lele, fungsinya untuk mengikat oksigen ketika berada pada  tempat yang konsentrasi airnya rendah.
7.      Gonad pada Ikan Lele jantan memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap dan ukurannya lebih kecil dibanding betinanya. Gonad Ikan Lele betina bewarna lebih kuning dan kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi.


DAFTAR REFERENSI

Angka, S. L. 1990. The pathology of walking of catfish, Clarias batrachus (L) infected intraperitoneally with Aeromonas hydropila. Asian Fish. Sci.

Cholik F, Jagatraya AG, R. P. Poernomo dan A. Jauzi. 2005. Akuakultur : Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar-TMII, Jakarta.

Djuhanda, T. 1984. Penghantar Perbandingan Anatomi Vertebrata. Armico, Bandung.

Hildebrand, M. 1995. Analysis of Vertebrate Structure. John Willey and Sons, Inc, New York.

Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata untuk Universitas. Sinar Wijaya, Jakarta.

Kriswantoro, M. 1986. Mengenal Ikan Air Tawar. Karya Bani, Jakarta.

Nelson Js. 1994. Fishes of the Word. Third edition. John Wiley & Sons. Inc.,  New York, USA.

Norris, David O. and Rhicard E. Jones. 1987. Hormones and Reproduction in Fishes, Amphibians, and Reptiles. Plenum Press, New York and London.

Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Sarwono, B. 2007. Beternak Lele Dumbo. Agromedia, Jakarta Selatan.
Storer, T. J. 1957. General Zoology. Kagashusa Company LTD : Tokyo.
Storer, and Usinger. 1961. Elemen of Zoology. McGraw-Hill Company Inc., London.

Storer, T.I. and Usinger, R.L. 1957. General Zoology. Mc Graw Hill, New York.
Sugeng. 1983. Berternak Ikan di Kolam. Aneka Ilmu, Semarang.

1 komentar:

  1. terimaksih infonya sangat membantu, jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2PCSHxk

    BalasHapus