ELEKTRISITAS
JANTUNG
Oleh :
ANDRIANI DIAH IRIANTI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
BIOLOGI
PURWOKERTO
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Elektrokardiografi (EKG atau ECG)
adalah alat bantu diagnostic yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas listrik
jantung berupa grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang
dihubungkan dengan waktu. Penggunaan ECG dipelopori oleh Einthoyen pada tahun
1903 dengan menggunakan Galynometer senar ini adalah suatu instrumen yang
sangat peka sekali yang dapat mencatat perbedaan kecil dari tengan (milivolt)
jantung (Sundana, 2008)
Electrocardiogram (EKG/ECG) merupakan grafik hasil yang dibuat oleh sebuah electrocardiograf,
yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Pada EKG
terdapat dua fase yaitu Fase Depolarisasi dan Fase Repolarisasi. Dasar atau
prinsip kerja yang digunakan dalam alat ini adalah dengan memanfaatkan sifat
konduktor listrik yang baik pada tubuh manusia. Cairan dalam tubuh manusia
mengandung ion – ion yang berpindah – pindah. Perpindahan ion – ion ini
menghasilkan beda potensial. Beda potensial inilah yang ditangkap sensor
electroda perekam yang ditempelkan pada permukaan kulit (Saparudin, 2010).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghitung jumlah detak jantung per menit pada individu dengan kondisi fisiologis berbeda.
.
II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1
Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah elektrokardiograph.
Bahan yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah wanita
dan pria diam, wanita dan pria jalan, wanita dan pria lari, wanita dan pria
kurus, wanita dan pria gemuk.
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Persiapan
Alat
1. Alat ditempatkan seperti posisi demonstrasi
2. Hubungkan
Oscilloscope dan recorder dalam groudeed yang tepat pada posisi off.
3. ECG
Lead Selector dihubungkan kedalam input pada bagian bioamplifier dibagian depan
oscilloscope.
4. Kabel
ECG Lead Selector Switch.
5. Oscilloscope
diputar pada posisi on selanjutnya recorder telah standby.
2.2.2 Seting Oscilloscope :
Bio-amp gain :
500
Low Frequency Filter :
1 Hz
High Frequency Filter :
100 Hz
Sweep Speed :
4x100 MS / DiV
Vertical Input Mode :
PreAmp
Stimulator Mode Switch :
Off
2.2.3 Persiapan Subjek
1. Jam tangan, kaos kaki dan sepatu pada subyek dilepas.2. Alkohol digunakan untuk membersihkan permukaan sebelah dalam tangan dan bawah betis kaki dan kanan
3. Gel elektroda dioleskan pada permukaan tiap pelet elektroda. Gel elektroda digunakan untuk menambah konduktifivitas.
4.
4. Elektroda ditempatkan pada pada permukaan dalam
pergelangan tangan kanan dan kiri dan pada sebelah dalam bawah betistepat di
atas tulang engkel. Elektroda ditempatkan menggunakan strap elektroda.
5. Strap harus cukup kuat menahan elektroda pada kulit,
tetapi tidak begitu dan keras menghambat sirkulasi.
6.
6. Osciloskop diatur pada kondisi standar yang akan terlihat
pada monitor dan kertas grafik atau elektrokardiogram yang memperlihatkan garis
horisontal yang konstan.
7.
7. Selektor diputar pada kondisi LEAD 1 dan LEAD 2 dan
biarkan beberapa menit terlihat pada layar monitor, selanjutnya aturlah
kecepatan recorder pada 25 mm/detik, biarkan kertas pencatat hingga mencapai
minimal 10 gelombang detak jantung.
8.
8. Ukur panjang kertas yang diperlukan untuk setiap 10
gelombang detak jantung
9.
Jumlah detak jantung dihitung dengan menggunakan angka
yang diperoleh dari panjang kertas untuk setiap 10 gelombang detak jantung.
Jumlah detak jantung dihitung permenit.
1 10.
Pengukuran
detak jantung dilakukan pada kondisi fisiologis berbeda.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran ECG
No |
Perlakuan
|
Jumlah denyut jantung/menit
|
1 |
Wanita
diam
|
81/menit
|
2 |
Pria diam |
77/menit
|
3 |
Wanita jalan |
87/menit
|
4 |
Pria
jalan
|
105/menit
|
5 |
Wanita
lari
|
97/menit
|
6 |
Pria
lari
|
108/menit
|
7 |
Wanita
kurus
|
48/menit
|
8 |
Pria
kurus
|
60/menit
|
9 |
Wanita
gemuk
|
87/menit
|
10 |
Pria
gemuk
|
47/menit
|
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan denyut jantung yang berbeda untuk beragam aktivitas. Pada praktikan keadaan diam
( wanita 81/menit, pria 77/menit), keadaan berjalan (wanita 87/menit, pria 105/menit),
lari (wanita 97/menit, pria 108/menit), kurus (wanita 48/menit, pria 60/menit)
dan gemuk (wanita 87/menit, pria 47/menit) .Menurut Schmidt dan Nielson (1996), jumlah denyut jantung
normal adalah 60-100 per menit. Denyut jantung terjadi karena kontraksi dan
menghasilkan pemompaan darah keluar jantung. Orang dewasa normal dalam keadaan
istirahat frekuensi denyut jantungnya adalah kurang lebih 70 per menit. Denyut
jantung manusia normal tiap denyutan berasal dari sampul SA (irama sinus
normal, NSR=Normal Sinus Rhytm). Saat
istirahat frekuensi melambat (Bradicardia)
selama tidur dan dipercepat (Takicardia)
oleh emosi, gerak badan, demam dan banyak rangsangan lain.
Menurut Raju (2007), EKG
adalah grafik penelusuran teganagan yang dihasilkan oleh otot jantung selama
sekejap yang memberikan evaluasi akurat dari kinerja jantung.
Elektrokardiogram dapat digunakan untuk mendiagnosis
berbagai pennyakit yang berhubungan dengan jantung (cardiovaskuler). Salat satu contohnya adalah sindrom brugada. Kelainan electrocardiographic ( ECG) mendasari adanya tanda-tanda Brugada
syndrome. 3 ST-segmen tertentu yang tingginya berbeda akan mempola prekordial
antara yang benar ( RPLs) dan yang telah terrecognisasi. Jenis yang dipasang
miring adalah satu-satunya pola teladan mempertimbangkan untuk diagnostik
Brugada sindrom dan ditandai oleh suatu permukaan 2 mm coved-type ST-segment
meningkat yang diikuti oleh suatu hal
negatif atau T-wave biphasic tanpa pemisahan isoelectrik (Richter, 2010).
Menurut Shilverthorn (2001), ECG dibagi menjadi 3 bagian
yaitu oscilloscope, recorder dan ECG led selector. Dua metode dasar untuk
menjelaskan ECG normalatau abnormal yaitu analisis yang terperinci pada
gelombang-gelombang individual yang kompleks dan yang disajikan sebagai
keseluruhan karakteristik yang direkam. Hasil yang direkam berupa grafik yang
terdiri dari lembah dan puncak. Kesemuanya diberi tanda P, Q, R, S, T merupakan
depolarisasi atrium QRS adalah depolarisasi ventrikel dan T merupakan
repolarisasi ventrikel.
Elektrocardiogram
memperlihatkan gelombang-gelombang P, Q, R, S dan T. Gelombang ini merupakan
tegangan listrik yang ditimbulkan oleh jantung dan direkam oleh ECG dari
permukaan tubuh. Gelombang P adalah suatu defleksi dalam posisi naik pada kurva
yang menginterprestasikan data dari kardiogram yang mempresentasikan
depolarisasi umum. Sekitar 0,16 detik setelah timbul gelombang P, muncul
gelombang Q, R, S sebagai akibat dari depolarisasi pada ventrikel mulai
berelaksasi. Gelombang tanaman terjadi sesaat sebelum akhir kontraksi ventrikel
dan gelombang sering disebut repolarisasi (Hill, 1989). ECG menggunakan kertas
yang bergerak untuk merekam fluktuasi dari denyut jantung, dimana kertas
tersebut bergerak dengan kecepatan yang tetap yaitu 25 mm/detik. Kertas tersebut
merupakan kumpulan dari kotak-kotak kecil yang akan memudahkan pengguna dalam
menghitung banyaknya denyut jantung per menitnya (Ganong, 2002).
Umur, jenis kelamin, fitnes fisik dan
temperatur biasanya mempengaruhi tempo jantung dalam keadaan istirahat. Semakin
kecil umur semakin besar tempo jantungnya. Bayi yang baru lahir dalam keadaan
istirahat frekuensi denyut jantungnya 120 permenit, pada orang dewasa normal
frekuensi denyut jantung dalam keadaan istirahat 75 denyut permenit. Penurunan
temperatur tubuh menurunkan ritme jantung dan kekuatan kontraksi. Temperatur
tersebut biasa karena demam atau latihan fisik (Tortora dan Grobowsky, 2001).
Denyut jantung juga dipengaruhi oleh adanya CO2. Apabila konsentrasi
CO2 meningkat, maka denyut jantung juga akan meningkat (Gordon,
1986).
Menurut Gordon (1986), denyut jantung dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Temperatur,
denyut jantung meningkat pada suhu tinggi.
2. Aktivitas,
denyut jantung meningkat pada orang yang aktivitasnya tinggi.
3. Jenis
kelamin, laki-laki denyut jantungnya lebih tinggi daripada wanita.
4. Konsentrasi
CO2, denyut jantung meningkat jika konsentrasi CO2
meningkat.
5. Kondisi
fisiologis, apabila kondisi fisiologis sedang terganggu (marah) maka frekuensi
denyut jantung semakin meningkat.
Selain
faktor-faktor diatas meurut Suprayogi et
al., (2007), yang dalam penelitiannya menggunakan Dugong bayi dan Dugong
dewasa menyatakan bahwa tingginya frekuensi denyut jantung dan respirasi pada
DB mungkin disebabkan oleh perbedaan tingkat metabolisme dugong. DB tampaknya
sedang mengalami masa pertumbuhan sehingga diperlukan tingkat metabolisme yang
tinggi. Namun, lebih tingginya metabolisme tersebut tampaknya tidak diikuti
oleh suhu tubuhnya sebab suhu tubuhnya dugong bayi tampak lebih rendah jika dibandingkan
dengan Dugong dewasa.
Denyut jantung terjadi karena kontraksi dan
menghasilkan pemompaan darah ke luar jantung. Volume darah yang dipompa per unit waktu disebut luaran jantung (cardiac output). Luaran jantung pada manusia kira-kira 5 liter
per menit (Gordon, 1986). Kontraksi pada jantung mamalia dimulai dari nodus sinus. Kontraksi menyebar
cepat keseluruh otot pada kedua atrium, beberapa saat kemudian ke otot
ventrikel. Lembar jaringan yang disebut atrioventicular bundle mengkonduksi
impuls ke ventrikel yang kemudian, setelah penudaan sesaat yang dihasilkan dari
konduksi, berkontraksi secara simulatan terjadi manakala gelombang kontraksi
mencapai sekat antara atria dan ventrikel (Prosser dan Brown, 1965). Kontraksi
jantung diregulasi oleh karbondioksida dalam darah akan meningkatkan kecepatan
kontraksi jantung (Ganong, 1995). Kelainan-kelainan yang terjadi pada denyut
jantung yaitu tachycardia dan bradycardia. Tachycardia yaitu kerja denyut jantung
yang melebihi normal atau diatas normal. Sedangkan bradycardia kerja denyut
jantung di bawah normal (Gordon, 1986).
Faktor
kimia yang berpengaruh terhadap denyut jantung yaitu ion-ion (Na, Ca, K) yang
ada di dalam darah dan cairan jaringan, adrenalin, CO2 dan zat asam
hasil metabolisme. Dengan mengubah
temperatur cairan yang mengelilingi jantung, maka frekuensi denyut jantung akan
naik bila temperatur naik dan frekuensi akan berkurang bila temperatur turun. Perubahan frekuensi denyut jantung ini
disebabkan oleh perubahan reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel-sel
pacemaker. Percepatan denyut jantung
pada waktu demam adalah merupakan akibat langsung kenaikan temperatur dari
jantung itu sendiri. Pada hewan yang
kecil memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih cepat dari hewan yang
besar. Hal ini disebabkan memiliki
frekuensi metabolisme yang lebih tinggi pada setiap unit berat badannya. Frekuensi denyut jantung permenit pada
manusia yaitu 60-90 kali/menit. Pada
manusia muda memiliki frekuensi denyut jantung lebih cepat daripada manusia
dewasa. Hal ini disebabkan karena
manusia muda ukuran tubuhnya masih kecil dan pengaruh hambatan dari N. Vagus
belum berkembang. Faktor fisiologik
lainnya yang mempengaruhi frekuensi denyut jantung yaitu execise otot,
temperatur lingkungan yang tinggi, digesti, keadaan tidur, jenis kelamin
(Soetrisno, 1989).
Menurut
Hill dan Wyse (1989) denyut jantung seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor kimia; ion-ion seperti Ca, Na dan K yang terdapat
dalam cairan jaringan, adrenalin dan karbondioksida.
2. Pengaruh temperatur; frekuensi denyut jantungakan
bertambah bila temperatur naik dan akan berkurang jika temperatur turun.
3. Berat badan; semakin berat tubuh semakin lambat denyut
jantung dan semakin ringan tubuh akan semakin cepat denyut jantung.
4. Aktivitas; semakin banyak melakukan aktivitas maka denyut
jantung akan semakin cepat karena jantung memompa darah dengan semakin cepat.
5. Jenis kelamin; denyut jantung perempuan lebih cepat
dibandingkan dengan denyut jantung laki-laki.
6. Kondisi fisiologis; denyut jantung orang yang stress atau
tertekan lebih banyak daripada kondisi yang normal.
7. Usia dan digesti; umur muda maka frekuensi jantung lebih
cepat.
8. Atropin dan nicotin; mempercepat frekuensi.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Jumlah denyut jantung manusia normal antara 60
sampai 100 denyut/menit tegantung kondisi tubuh
masing-masing. Praktikan yang berlari dan berjalan santai detak jantungnya
paling cepat diantara yang lainnya.
2. ECG
adalah alat bantu diagnostic yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas listrik
jantung berupa grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang
dihubungkan dengan waktu.
3. Komponen
ECG terdiri dari sebuah gelombang
P, sebuah kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Kompleks QRS terdiri atas tiga
gelombang yaitu gelombang Q, R, dan S. Ketiga gelombang ini terbentuk karena
adanya impuls jantung yang melewati ventrikel.
4. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi jumlah
denyut jantung manusia yaitu:
Temperatur, aktivitas,
konsentrasi CO2 dan keadaan fisiologis tubuh.
DAFTAR
REFERENSI
Ganong, W. F. 1995. Fisiologi Kedokteran ECG. Penerbit
Kedokteran, Jakarta.
Ganong, W. F. 2002. Buku Ajar Kedokteran ECG. Penerbit
Kedokteran, Jakarta.
Gordon, M. 1986. Animal Physiologi. Mac Millan Publisher. LTD, London.
Hill, R and Wyse, G. 1989. Animal Physiology. Harper Collins
Publisher Inc, New York.
Prosser, C. L and F. A. Brown. 1965. Comparative Animal Physiologi. W.B.
Saunders Company, London.
Raju, Magruel. 2007. Heart rate and
EKG Monitor Using MSP430FG439. Submit
Documentation Feedback : 1-11.
Richter, S., Andrea, S., Gatano, P.,
Stevan, H.,Tim, B. Gian, B. C., Ramon B., Josep, B and Pedro, B. 2010. Number
of Electrocardiogram leads displaying the diagnostic coved-type pattern in
Brugada syndrome : a diagnostic consensus criterion to be revised. European Heart Journal 31 : 1357-1364.
Saparudin, R. E. 2010. Identifikasi
Kelainan Jantung Menggunakan Pola Citra Digital Electrocardiogram. Fakultas
Ilmu Komputer, Jurnal Genetic 5 (1).
Schmidt and Nielson. 1996. Animal Physiology Adaption of Environment 4th
Edition. Cambridge University Press, Cambridge.
Soetrisno. 1989. Diktat Fisiologi
Ternak. Fakultas Peternakan Unsoed, Purwokerto.
Sundana, K. 2008. Interpretasikan EKG,
Pedoman untuk Perawat. ECG.
Suprayogi, A., Sumitro, Megawati I.,
Rika S dan Huda S. D. 2007. Perbandingan Nilai Kardiorespirasi dan Suhu Tubuh
Dugong Dewasa dan Bayi. Jurnal Veteriner.
173-179.
Sylverthon, D. U. 2001. Human Physiology and Integrated Approach.
Prentice Hall, New Jersey.
Tortora, G. dan Grobowsky, S. R. 2001.
Introduction to Human Body. John
Willey and Sons, Inc. New York.


Best Casinos in Colorado - JT Hub
BalasHapusThe state's first online gambling casino opened in 2017 and has become 양산 출장샵 the top 태백 출장마사지 casino in 부산광역 출장샵 Colorado in 2017. The 당진 출장샵 operator has more than 2,300 slot 여주 출장샵